Inovasi Kumbung Jamur Merang Ciamis: Teknologi dan Nutrisi untuk Hasil Panen Optimal

Penulis: Irfan Soleh


Produksi jamur merang di Ciamis menjadi salah satu unit usaha yang dikembangkan oleh Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis. Namun, perjalanan menuju panen yang maksimal tidak selalu berjalan mulus. Kendala utama yang dihadapi adalah sulitnya mengatur suhu dan kelembaban di dalam kumbung. Jamur merang (Volvariella volvacea) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Suhu ideal berkisar 32–35°C dengan kelembaban 80–90%, sedangkan fluktuasi di luar kisaran ini dapat menurunkan produktivitas hingga 30–40% (Zhou et al., Mycobiology, 2020). Bagaimana cara mengatasinya?


Untuk mengatasi hal tersebut, para petani jamur merang Ciamis mengundang Tim IT mitra Bank Indonesia. Setelah melakukan analisis, disepakati beberapa langkah inovatif. Pertama, mengganti plastik atap kumbung dengan plastik UV, yang menurut penelitian Suprapti (2019) mampu menurunkan suhu ruang hingga 2–3°C dibanding plastik biasa, sehingga suhu lebih stabil. Kedua, pemasangan heat blower untuk menjaga kestabilan suhu pada malam hari atau musim dingin. Ketiga, penggunaan sensor otomatis pengatur suhu dan kelembaban, yang dalam uji coba di Yogyakarta (Rahardjo et al., 2021) mampu meningkatkan efisiensi pemeliharaan hingga 25% karena petani tidak perlu lagi mengatur manual.


Namun, faktor lingkungan saja tidak cukup. Berdasarkan hasil penelitian, kualitas media tanam dan kandungan nutrisinya sangat menentukan keberhasilan panen. Media yang banyak digunakan adalah jerami padi, limbah kapas, dan limbah penggilingan aren. Penelitian di Universitas Gadjah Mada (Prabowo, 2018) menunjukkan bahwa media jerami yang difermentasi dengan Trichoderma sp. menghasilkan peningkatan produksi jamur merang hingga 28% dibanding jerami tanpa fermentasi.


Selain itu, keseimbangan nutrisi sangat penting. Jamur merang membutuhkan rasio karbon dan nitrogen (C/N ratio) ideal sekitar 30:1. Penelitian Li et al. (2021, Journal of Applied Microbiology) membuktikan bahwa penambahan dedak padi sebanyak 15% pada media jerami mampu meningkatkan bobot segar jamur hingga 35%. Demikian juga, penambahan ampas tahu hingga 10% dapat mempercepat munculnya tubuh buah 1–2 hari lebih cepat (Widyastuti et al., 2020).


Upaya perbaikan nutrisi media yang dapat diterapkan di Ciamis antara lain: Pertama, Fermentasi jerami dan limbah pertanian dengan bioaktivator (EM4 atau Trichoderma sp.) untuk melunakkan lignoselulosa sehingga lebih mudah diserap jamur. Kedua, Penambahan dedak padi atau ampas tahu dalam komposisi yang tepat untuk meningkatkan nitrogen organik. Ketiga, Pengaturan pH media ke kisaran 6,5–7,5, karena pada kondisi terlalu asam (<6) pertumbuhan jamur menurun drastis.


Dengan kombinasi teknologi sensor otomatis, plastik UV, heat blower, serta penerapan media fermentasi yang kaya nutrisi, budidaya jamur merang di Ciamis berpotensi meningkatkan produktivitas hingga 40–50% lebih tinggi dibanding metode tradisional.


Kolaborasi antara petani jamur merang dengan Tim IT mitra Bank Indonesia ini bukan hanya langkah penyelesaian masalah teknis, tetapi juga menjadi model transformasi pertanian berbasis teknologi (agritech) yang mengedepankan presisi dan efisiensi. Jika dikelola secara konsisten, inovasi ini bisa menjadikan Ciamis sebagai pusat produksi jamur organik unggulan Jawa Barat, sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Semoga...Amin...


Kereta Agrowilis, 10 September 2025