Judul Drama: “Pola Pernikahan dalam Islam: Antara Larangan, Kelayakan, dan Keadilan”
Tokoh:
Narator
Saud (pria muslim)
Latifah (wanita merdeka/yang ia sukai)
Siti (budak perempuan beriman)
Suara Allah (narasi ayat)
Chorus (masyarakat/saksi)
---
Adegan 1: Larangan dan Opsi Pernikahan
Bahasa Indonesia
Narator:
Pada masa Nabi, Allah menetapkan batasan yang jelas: "Diharamkan menikahi perempuan yang sudah bersuami, kecuali budak perempuan yang kalian miliki" — aturan yang menghindari pertikaian dan kerancuan dalam norma pernikahan.
Suara Allah (latar, pembacaan ayat):
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَائِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ، كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ...
(“…Diharamkan menikahi perempuan yang sudah bersuami, kecuali budak perempuan yang kalian miliki…”)
Tafsir singkat (Narator):
Ketentuan ini muncul sebagai respon atas situasi tawanan perang, agar status pernikahan menjadi jelas dan tidak menimbulkan fitnah atau ketidakadilan.
---
English Version
Narrator:
In the Prophet’s time, Allah set clear limits: "It is forbidden to marry women already married, except those whom your right hands possess." This ensured clarity and fairness in marital relations.
Voice-over (Allah reciting verse):
“And [forbidden to you are] married women, except those your right hands possess ...”
Brief Tafsir:
This ruling addressed the status of female captives in wartime, ensuring their rights were preserved in a legal and ethical framework.
---
العربية (بِالْحَرَكَات)
الرَّاوِي:
فِي زَمَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَدَّرَ اللَّهُ حُدُودًا وَاضِحَةً: "وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ" — لِضَمَانِ حُرْمَةِ عِقَادِ النِّكَاحِ وَحِفْظِ الحُقُوقِ.
صَوْتُ اللَّهِ (يُتْلَى):
وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ...
تَفْسِيرٌ مُبَسَّطٌ:
هَذَا الحُكْمُ نَزَلَ فِي سِيَاقِ السَّبْيِ فِي الوَعْدِ، لِضَبْطِ العَلاقاتِ بِعدَالَةٍ وَوُضُوحٍ.
---
Adegan 2: Pilihan bagi yang Tidak Mampu Menikahi Wanita Merdeka
Bahasa Indonesia
Narator:
Allah memberi jalan praktis: "Barang siapa di antara kalian tidak mampu menikahi wanita merdeka yang beriman, maka boleh menikahi budak perempuan yang beriman dari milikmu."
Saud (berpikir keras):
Saya tidak mampu membayar mahar istri merdeka. Tetapi ingin hidup syariah dan terjaga dari dosa... Apakah Allah memberi jalan?
Tafsir singkat:
Syaikh As-Sa'di menjelaskan bahwa syaratnya: harus budak perempuan beriman yang menjaga diri, dengan izin pemiliknya, dan diberi mahar. Ini adalah solusi sosial, bukan subsidi moral.
---
English Version
Narrator:
Allah provides a practical path: "Whoever among you cannot afford a free, believing woman, then marry from among those whom your right hands possess of believing slave girls."
Saud (thinking):
I lack the means to marry a free woman honorably. Yet I seek Allah’s approval and protection from sin… Does Islam allow a path?
Brief Tafsir:
As-Sa'di explains conditions: the woman must be a chaste, believing slave; marriage requires the owner’s consent and a proper dowry. It’s a socially conscious allowance—not a moral loophole.
---
العربية (بِالْحَرَكَات)
الرَّاوِي:
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ خِيَارًا عَمَلِيًّا: "وَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ… فَمِن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ..."
سَعُودٌ (مُفَكِّرٌ):
لا أستطيع أن أتكفل بمهر زوجة حرة، وأريد الحياة الصالحة والابتعاد عن الفاحشة... هل هنالك سبيل من شرع؟
تَفْسِيرٌ مُبَسَّط:
يشرح السعدي أن الشروط: أن تكون عبده ذات إيمان وتحفظ نفسها، وبإذن سيدها، ومعصداق مهر مناسب. إنه حل اجتماعي يُراعي الشريعة، لا مجال للتساهل.
---
Adegan 3: Tata Cara Pernikahan & Hikmah Sabâr
Bahasa Indonesia
Narator:
Dalam menikahi, Saud harus:
1. Memperoleh izin pemilik budak.
2. Membayar mahar dengan adil.
3. Memastikan sang istri terjaga kesuciannya—bukan pezina atau memiliki kekasih rahasia.
Siti (tenang):
Aku beriman dan menjaga diriku. Perlakukanlah aku dengan khidmat dan adil, sebagaimana Islam ajarkan.
Tafsir singkat:
Jika setelah menikah ada pelanggaran, hukuman setengah dari apa yang berlaku pada wanita merdeka. Namun, sabar dan menahan diri lebih utama. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
---
English Version
Narrator:
When marrying thus, Saud must:
1. Obtain permission from the owner.
2. Give a proper dowry.
3. Ensure the bride is chaste—not promiscuous or engaged in secret affairs.
Siti (calmly):
I am chaste and faithful. Please treat me with dignity and fairness—just as Islam commands.
Brief Tafsir:
If she commits adultery after marriage, her punishment is half that of a free woman. Yet patience and self-restraint are deemed better. Allah is Most Forgiving, Most Merciful.
---
العربية (بِالْحَرَكَات)
الرَّاوِي:
عِنْدَ إقَامَةِ الزَّوَاجِ، عَلَى سَعُود:
١. أَنْ يَأْخُذَ إِذْنَ سَيِّدِ السَّبِيَّة.
٢. أَنْ يُؤَدِّيَ مَهْرًا بِحَقٍّ.
٣. أَنْ يَتَأَكَّدَ مِنْ عِفَّتِهَا — لَيْسَتْ فَاجِرَةً وَلا تَتَّخِذُ خَلِيلاً سِرِّيّاً.
سِتِي (بِهُدُوءٍ):
إِنِّي صالحةٌ، أَحْفَظُ نَفْسِي. فَأَعْمِلْ بِحَقِّي وَبِالْعَدْلِ كَمَا أَمَرَ الإِسْلَامُ.
تَفْسِيرٌ مُبَسَّط:
إِنْ زَنَتْ بَعْدَ الزَّوَاجِ، فِيْ ذَلِكَ عَلَيْهِنَّ نِصْفُ عُقُوبَةِ الحُرَّةِ. وَلَكِنَّ الحِلْمَ وَالصَّبْرَ خَيْرٌ. إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ.
---
Penutup
Bahasa Indonesia
Narator:
QS An-Nisa ayat 24–25 memperlihatkan Islam sebagai agama keadilan dan kesadaran sosial. Tidak membolehkan pernikahan sembarangan, tapi juga tidak menutup pintu mereka dalam kesulitan—selama memenuhi syarat dan niat menjaga diri. Mahar dan perlakuan adil menjadi tonggak utama, sedangkan pilihan menahan diri tetap menjadi yang paling mulia.
---
English Version
Narrator:
Surah An-Nisa (4):24–25 illustrates Islam as a faith of justice and social awareness. It does not permit unchecked marriages, yet provides a path for those in hardship—given conditions are met and fidelity is maintained. Proper dowry and fair dealings are foundational, though patience remains best.
---
العربية (بِالْحَرَكَات)
الرَّاوِي:
تُظْهِرُ آيَاتُ النِّساءِ ٢٤–٢٥ أَنَّ الإِسْلَامَ هُوَ دِينُ العَدْلِ وَوَعْيِ الاجْتِمَاعِ. لَا يُجَازِي الزَّوَاج المعلَّق، وَلَكِنَّهُ يَمْنَحُ مَنْ فِي ضَيْقٍ سَبِيلًا — بِشَرْط الإِيْمَانِ وَالحِفَاظِ. المَهْرُ العَادِلُ وَالْمُعَامَلَةُ الْحَقَّةُ هُمَا القَوَائِدُ، وَالْصَّبْرُ خَيْرٌ مِنَ الزَّوَاجِ إِذَا كَانَ يُؤَدِّي لِلظُّلُومِ.
0 Komentar