Peran Strategis Pesantren dalam Penguatan Bahasa Inggris dan STEM Santri

Penulis: Irfan Soleh


Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah lama berakar dalam masyarakat Indonesia, kini menghadapi tantangan baru di tengah cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di satu sisi, pesantren dituntut tetap menjaga nilai-nilai tradisional keislaman; di sisi lain, ia juga ditantang untuk membekali santri dengan kemampuan yang relevan dengan zaman, termasuk penguasaan bahasa Inggris dan penguatan dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Artikel ini mengulas bagaimana pesantren tidak hanya mampu, tetapi juga sangat potensial untuk berkontribusi besar dalam mencetak generasi santri yang kompeten secara spiritual dan unggul secara intelektual, termasuk dalam dua bidang strategis tersebut.


Kita awali dengan pembahasan Bahasa Inggris terlebih dahulu dimana kita tahu bahwa Bahasa Inggris adalah Kunci Akses Dunia Global. Bahasa Inggris bukan sekadar mata pelajaran, melainkan alat utama untuk mengakses ilmu pengetahuan global, khususnya dalam sains dan teknologi. Banyak literatur klasik dan modern tentang ilmu Islam, tafsir, serta pemikiran kontemporer yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Pesantren tradisional telah terbiasa dengan pembelajaran bahasa Arab secara intensif. Pola ini menunjukkan bahwa pesantren sesungguhnya memiliki modal linguistik yang kuat. Menambahkan bahasa Inggris ke dalam ekosistem pesantren bukan hal yang mustahil, bahkan akan menjadi kekuatan tambahan. Penggunaan metode muhadasah (percakapan) dan hafalan kosakata dapat diadaptasi untuk bahasa Inggris dengan pendekatan komunikatif.


Beberapa pesantren termasuk Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis telah membuktikan keberhasilan integrasi pengajaran bahasa Arab dan Inggris secara seimbang. Hal ini menciptakan santri yang fasih berdakwah dalam dua bahasa internasional sekaligus, menjadikan mereka duta intelektual Islam di kancah global. Namun kemudian PR nya adalah (khususnya di Raudhatul Irfan) santri kami masih kurang penguasaan STEM nya. Padahal dalam sejarah Islam, tokoh-tokoh seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Biruni merupakan ilmuwan Muslim yang juga ahli agama. Ini membuktikan bahwa Islam dan sains bukan dua hal yang saling menegasikan, tetapi justru saling menguatkan. Pesantren hari ini bisa menghidupkan kembali semangat itu dengan memasukkan kurikulum STEM ke dalam pendidikan santri, sebagai bagian dari jihad intelektual.


Mengapa STEM Penting bagi Santri? salah satu jawabannya adalah karena Sains dan teknologi adalah penggerak utama peradaban saat ini. Banyak isu-isu kontemporer Islam, seperti bioetika, perubahan iklim, dan kecerdasan buatan, yang memerlukan pemahaman keilmuan dari sudut pandang Islam. Santri yang memahami STEM dapat membawa nilai Islam ke ranah akademik dan industri, menjadi ilmuwan Muslim yang berpijak pada nilai-nilai akhlak. Inisiatif yang Bisa Dilakukan Pesantren saat ini adalah Laboratorium sains berbasis pesantren dengan pendekatan integratif antara ilmu alam dan ilmu syariah. Kolaborasi dengan kampus dan lembaga riset untuk pelatihan guru dan pelatihan santri di bidang sains terapan. Pelatihan coding dan robotik dengan nilai-nilai Islam. Contoh: membuat aplikasi jadwal shalat, kalkulator zakat, atau alat bantu untuk masyarakat berbasis teknologi.


Pesantren saat ini perlu membangun model pendidikan santri masa depan. Penguatan Bahasa Inggris dan STEM tidak perlu menggeser identitas keislaman pesantren. Justru, pesantren dapat merancang kurikulum terintegrasi yang menggabungkan tiga pilar yaitu Pertama, Tarbiyah ruhiyyah: penguatan akhlak dan spiritualitas. Kedua, Tadris lughawiyah: penguatan bahasa (Arab dan Inggris). Ketiga, Ta’lim ‘ilmi dan teknologi: pembelajaran sains, teknologi, dan matematika. Model ini menciptakan santri ulul albab, yaitu mereka yang mampu merenung secara spiritual, berpikir secara rasional, dan bertindak secara solutif dalam kehidupan modern. Jika penguatan bahasa Inggris dan STEM di pesantren dilakukan secara serius, maka akan lahir generasi santri yang tidak hanya fasih membaca kitab kuning, tapi juga mampu menulis jurnal ilmiah internasional, menciptakan teknologi berbasis Islam, dan berdakwah dalam bahasa dunia. Pesantren tidak lagi sekadar tempat menuntut ilmu agama, tetapi menjadi kawah candradimuka pembentukan pemimpin masa depan yang berakhlak mulia, cerdas global, dan siap menjawab tantangan zaman.


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 11 Agustus 2025