Menelusuri Kandungan Kitab Matan Taqrib dan Inovasi Taqrib Metode Irfani
Penulis: Irfan Soleh
Di dunia pesantren, nama Matan Taqrib hampir selalu terdengar sejak santri memasuki jenjang awal pengajian fikih. Kitab kecil ini, dengan susunan kalimatnya yang ringkas namun padat makna, telah menjadi gerbang utama dalam memahami syariat Islam menurut madzhab Syafi’i. Ia ibarat pintu masuk ke dunia hukum Islam yang terstruktur, dan menjadi warisan ilmiah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah dunia yang bergerak cepat dan penuh distraksi, kehadiran Matan Taqrib tetap teguh berdiri sebagai rujukan awal bagi pencari ilmu fikih. Dengan membaca dan mengkajinya, santri tidak hanya mengenal hukum-hukum Islam, tetapi juga merasakan kedekatan dengan warisan ulama terdahulu yang penuh hikmah dan kearifan. Apa saja yang dibahas dalam kitab matan taqrib? Apa yang dimaksud dengan Taqrib Metode Irfani?
Kitab Matan Taqrib ditulis oleh seorang ulama besar bernama Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain Al-Ashfahani, seorang ahli fikih dari abad ke-5 Hijriah. Karya ini dikenal luas di berbagai penjuru dunia Islam, khususnya di lingkungan madzhab Syafi’i, termasuk di Indonesia yang mayoritas umat Islamnya menganut madzhab ini. Meskipun ukuran kitabnya kecil dan ditulis dalam bentuk matan atau naskah inti tanpa penjelasan panjang, pengaruhnya luar biasa dalam membentuk pemahaman dasar fikih bagi para pelajar pemula. Secara garis besar, Matan Taqrib memuat pembahasan yang mencakup seluruh aspek utama dalam ilmu fikih: ibadah, muamalah, pernikahan, pidana, hingga warisan. Penyusunannya yang sistematis membuatnya mudah diikuti, bahkan oleh santri yang baru pertama kali bersentuhan dengan fikih secara mendalam.
Bab pertama dalam kitab ini membahas tentang thaharah atau bersuci. Abu Syuja’ memulai dengan penjelasan mengenai macam-macam air, jenis-jenis najis, serta cara-cara menyucikan diri baik melalui wudhu, tayamum, maupun mandi wajib. Dalam Islam, bersuci bukan hanya persoalan fisik, tetapi juga spiritual. Oleh karena itu, pembahasan thaharah menjadi pondasi penting sebelum membahas ibadah-ibadah lainnya. Setelah itu, Matan Taqrib melanjutkan ke pembahasan shalat, ibadah utama yang menjadi tiang agama. Di sini, penulis menjelaskan syarat sah, rukun, waktu-waktu pelaksanaan, dan berbagai aturan yang berkaitan dengan salat, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Meskipun disusun secara ringkas, setiap poin ditulis dengan ketelitian, seolah mengajak pembaca untuk masuk ke dalam struktur hukum Islam yang logis dan teratur.
Berikutnya, pembahasan berpindah ke zakat, puasa, dan haji — tiga rukun Islam lainnya. Penjelasan mengenai zakat, misalnya, sangat sistematis: jenis-jenis harta yang wajib dizakati, kadar zakat, siapa yang berhak menerima, dan waktu pengeluarannya. Begitu pula dengan puasa Ramadan dan ibadah haji yang dibahas secara bertahap sesuai dengan urutan pelaksanaannya. Salah satu bagian yang menarik dalam kitab ini adalah masuknya bab-bab muamalah, seperti jual beli, utang-piutang, dan transaksi lainnya. Meski hanya pengantar, pembahasan ini memberikan gambaran bagaimana Islam mengatur hubungan antar manusia dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Setelah itu, kitab juga menyentuh aspek hukum keluarga seperti nikah, talak, iddah, dan nafkah, serta hukum waris yang menjadi salah satu bagian terumit dalam fikih.
Kitab ini juga mengandung bahasan tentang hudud dan jinayah (hukum pidana Islam), termasuk qishash, diyat, dan hukuman untuk pelanggaran-pelanggaran tertentu. Meskipun ditulis sangat ringkas, bagian ini menunjukkan betapa fikih Islam telah memiliki sistem hukum yang utuh dan menyeluruh, jauh sebelum lahirnya sistem hukum modern. Yang membuat Matan Taqrib begitu istimewa bukan hanya karena kelengkapan materinya, tetapi karena kemampuannya menyusun keseluruhan bangunan fikih dalam bentuk yang sangat ringkas, memudahkan untuk dihafal dan diingat. Karena itu, kitab ini sangat cocok untuk tahap awal pembelajaran. Biasanya, setelah memahami isi Matan Taqrib, santri akan melanjutkan ke kitab-kitab syarahnya seperti Fathul Qorib atau Kifayatul Akhyar yang menjelaskan setiap kalimatnya secara lebih rinci.
Di pesantren, kitab ini tidak hanya diajarkan sebagai pelajaran, tetapi juga sebagai bentuk ta'alluq atau keterikatan antara santri dengan ulama salaf. Dalam proses pembelajaran, santri akan menyimak penjelasan guru dengan seksama, menulis makna gandul di sela-sela teks Arab, dan perlahan memahami makna dari setiap hukum yang dituliskan. Dalam suasana yang tenang dan khidmat, Matan Taqrib menjadi lebih dari sekadar buku — ia menjadi bagian dari perjalanan intelektual dan spiritual para pencari ilmu. Meskipun ringkas, Matan Taqrib tidak kehilangan bobot keilmuannya. Justru karena ringkasannya itulah, kitab ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk pemahaman fikih yang lebih dalam. Ia mengajarkan bahwa Islam bukan hanya agama ibadah, tapi juga sistem kehidupan yang menyeluruh, dari pribadi hingga masyarakat, dari masjid hingga pasar, dari lahir hingga wafat.
Kemudian apa yang dimaksud dengan Taqrib Metode Irfani? Taqrib Metode Irfani adalah Kitab Matan taqrib yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris. Keunggulan dari Taqrib Metode Irfani adalah para santri khususnya santri Raudhatul Irfan yang sekolah di SMPIT-SMAIT IRFANI Quranicpreneur Bilingual School bisa mendapatkan terjemah perkata dan terjemah matan taqrib dalam bahasa inggris, sehingga cocok dengan pesantren dan sekolah yang mengusung konsep bilingual arab inggris. Inovasi lainnya yaitu inovasi dalam proses pembelajarannya dimana dengan menggunakan Taqrib Metode Irfani sangat memungkinkan menggabungkan konsep Bandungan dan Sorogan secara bersamaan sehingga bisa menghemat waktu dikarenakan pesantren yang terdapat sekolah didalamnya tentu harus berbagi waktu dengan pelajaran sekolah, tidak seleluasa waktu yang dimiliki pesantren salafiyah murni untuk pengkajian kitab kuningnya. Semoga kita bisa mempelajari dan mengamalkan isi kitab Matan Taqrib dan bisa menerjemahkan dan menjelaskannya dalam bahasa inggris agar santri kita bisa mengglobal mendakwahkannya ke berbagai negara, semoga...Amin...
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 19 Agustus 2025
0 Komentar