Kisah Pemilik Dua Kebun: Cermin bagi Seorang Quranicpreneur
Penulis: Irfan Soleh
Seorang Quranicpreneur adalah wirausahawan yang membangun usahanya dengan cahaya Al-Qur’an, menanamkan nilai iman di setiap langkah bisnis, dan menjadikan rezeki sebagai sarana ibadah. Inilah ciri khas pendidikan di SMPIT-SMAIT Irfani Quranicpreneur Bilingual School, Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, bahwa setiap keberhasilan ekonomi harus disertai kesadaran spiritual. Kisah pemilik dua kebun dalam Surah Al-Kahfi ayat 32–44 memberikan pelajaran mendalam bagaimana harta, usaha, dan bisnis bisa menjadi ujian besar bagi manusia.
Allah berfirman dalam Al-Kahfi ayat 32: "Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan: dua orang laki-laki; Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya dua buah kebun anggur, dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon kurma, dan di antara keduanya Kami buatkan tanaman-tanaman yang lain." Kisah ini menggambarkan seorang kaya raya yang memiliki dua kebun indah, penuh dengan anggur, kurma, dan tanaman lain. Kebun itu menghasilkan buah dengan melimpah tanpa kekurangan sedikit pun. Sang pemilik merasa yakin bahwa usahanya tidak akan binasa, bahkan ia berkata dalam kesombongannya: "Aku tidak mengira kebun ini akan binasa untuk selama-lamanya." (QS. Al-Kahfi: 35)
Inilah penyakit seorang pengusaha ketika hatinya terpaut pada materi: merasa usaha kekal, lupa pada sumber nikmat, dan meremehkan akhirat. Namun sahabatnya yang beriman menasihati dengan bijak: "Mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan: 'Masya Allah, la quwwata illa billah (semua ini terjadi atas kehendak Allah, tiada kekuatan kecuali dari-Nya)'?" (QS. Al-Kahfi: 39). Kalimat ini bukan sekadar ucapan, tetapi prinsip hidup seorang Quranicpreneur: menyadari bahwa usaha hanya bisa berhasil dengan izin Allah, bukan semata-mata kecerdikan bisnis atau modal yang besar.
Namun pemilik kebun yang sombong itu menolak. Akhirnya Allah menimpakan musibah: kebun yang indah itu hancur, airnya surut, dan ia pun menyesali dengan penuh penyesalan: "Lalu binasalah segala buah kebunnya; maka ia pun membolak-balikkan kedua tangannya (menyesali) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, padahal pohon-pohon anggur itu roboh bersama para pemikulnya." (QS. Al-Kahfi: 42). Harta yang tak disyukuri dan tak dikaitkan dengan iman hanyalah fatamorgana. Itulah pelajaran besar: bahwa bisnis yang berlandaskan kesombongan akan runtuh, sedangkan usaha yang ditopang syukur, tawakal, dan doa akan menjadi berkah.
Bagi siswa-siswi SMPIT-SMAIT Irfani Quranicpreneur Bilingual School, kisah ini bukan sekadar cerita, melainkan prinsip hidup. Seorang Quranicpreneur harus mengawali usaha dengan bismillah, menjalankannya dengan jujur dan profesional, serta mengakhirinya dengan syukur. Seperti kebun dalam kisah Al-Kahfi, bisnis kita bisa saja tumbuh indah, namun hanya akan berbuah berkah jika diikat dengan iman.
Maka pelajaran yang harus kita ambil adalah bahwa seorang Quranicpreneur sejati tidak akan terjerumus pada kesombongan materi, melainkan selalu menyandarkan keberhasilan kepada Allah, menjaga amanah, dan menjadikan harta sebagai jalan menuju ridha-Nya. Inilah ruh pendidikan kewirausahaan Qur’ani yang terus ditanamkan di Pesantren Raudhatul Irfan: agar setiap santri menjadi pengusaha yang sukses di dunia, sekaligus selamat di akhirat.
Pesantren Raudhatul Irfan, 31 Agustus 2025
0 Komentar