Drama Qur'ani dan Inovasi Pembelajaran di Irfani
Penulis: Irfan Soleh
Prof Wahbah Zuhaili menuliskan dalam Tafsir Al Munir bahwa ada 60 ayat yang berkaitan dengan Perang Uhud yaitu mulai ayat 121 sampai ayat 180 Surat Ali Imron. Pengajian Tafsir Al Qur'an di Pesantren Raudhatul Irfan edisi 6 Agustus 2025 menyajikan kisah tersebut tidak hanya dalam bentuk pembacaan tafsir nya tetapi juga dalam bentuk drama. Karena Tafsir bukan sekadar dibaca—ia bisa dihidupkan, dirasakan, dan diperankan.Tafsir Al-Qur’an adalah jendela untuk memahami kedalaman pesan-pesan ilahi yang tidak hanya relevan untuk zaman Nabi, tetapi juga untuk umat di setiap masa. Namun, dalam dunia pendidikan Islam modern, tantangan muncul: bagaimana agar pembelajaran tafsir tidak hanya menjadi aktivitas pasif—sekadar membaca kitab dan mencatat penjelasan—melainkan mampu merasuk ke dalam jiwa, menjadi pengalaman spiritual dan emosional yang hidup? Salah satu metode inovatif saat ini adalah pembelajaran tafsir melalui drama. Mengapa Drama? Kisah apa saja yang bisa ditampilkan? apa manfaat dari Drama Qur'ani?
Menghidupkan kisah-kisah Qur’ani dalam bentuk peran di atas panggung dapat menjadi media pembelajaran yang sangat efektif, apalagi bagi generasi muda yang lebih responsif terhadap pembelajaran visual dan interaktif. Mengapa Drama? Drama sebagai media pembelajaran memiliki kekuatan dalam beberapa hal diantaranya Pertama, Menghadirkan emosi: Drama mengajak pelajar untuk merasakan penderitaan, keteguhan, atau harapan tokoh-tokoh Qur’ani seperti Nabi Musa, Yusuf, atau Ashabul Kahfi. Kedua, Mengaktifkan partisipasi: Siswa tidak hanya mendengar atau membaca, tapi berinteraksi dengan teks, peran, dan dialog yang mereka pelajari. Ketiga, Memudahkan penghafalan dan pemahaman: Ayat-ayat yang diangkat dalam bentuk drama menjadi lebih mudah diingat dan dipahami konteksnya. Kami sudah membuktikan para santri Raudhatul Irfan sangat antusias memerankan drama tentang perang uhud, begitupun santri yang menonton mereka sangat senang dan tidak terasa sebenarnya mereka sedang memerankan isi puluhan ayat tentang perang Uhud.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa dari sekitar 6.342 ayat Al-Qur'an, terdapat sekitar 1.600 ayat yang berisi kisah atau cerita—khususnya tentang nabi-nabi dan umat terdahulu. Jika ditambahkan kisah perumpamaan (tamsiliyah) dan legenda (usturah), jumlahnya akan lebih banyak lagi. Studi lain mencatat bahwa kisah, terutama kisah kenabian, menyusun sekitar sepertiga dari isi Al‑Qur’an. Berbagai kisah dalam Al-Qur’an sangat kaya akan nilai-nilai dramatik, konflik moral, dan pembelajaran kehidupan. Beberapa di antaranya: 1. Ashabul Kahfi – kisah pemuda beriman yang lari dari kezaliman dan ditidurkan Allah dalam gua. 2. Ashab al-Ukhdud – kisah umat terdahulu yang dibakar karena mempertahankan tauhid (QS Al-Buruj). 3. Perang Badar dan Uhud – pembelajaran tentang strategi, ketaatan, dan keimanan. 4. Nabi Yusuf dan fitnah Zulaikha – tentang ujian kesucian dan keadilan Allah. 5. Kisah Qarun dan kesombongannya – pelajaran tentang harta, kekuasaan, dan kehancuran. Tentu masih banyak kisah-kisah lain yang bagus untuk diangkat menjadi Drama Qurani
Penerapan tafsir dalam drama bukan berarti menggantikan peran tafsir klasik seperti Tafsir Jalalain, Tafsir al-Munir, atau Ibnu Katsir, tetapi justru menghidupkan penafsiran itu dengan pendekatan tematik (tafsir maudhÅ«’i) dan kontekstual. Beberapa tahapan pembelajarannya meliputi: Pertama, Studi Teks Ayat – memahami kandungan ayat dan tafsirnya bersama ustadz atau guru tafsir. Kedua, Identifikasi Karakter & Nilai – siapa tokoh dalam ayat tersebut? Apa konfliknya? Apa nilai imannya?. Ketiga, Pembuatan Skenario – menulis naskah drama berbasis ayat dan tafsir. Keempat, Peran & Pentas – siswa berlatih dialog dan peran dengan penghayatan nilai Qur’ani. Kelima, Refleksi dan Evaluasi – diskusi nilai-nilai yang dipetik dan kaitannya dengan kehidupan mereka. Para santri Raudhatul Irfan telah mempraktekannya, dari mulai mengkaji ayat-ayat tentang perang Uhud, karakter apa saja yang dibutuhkan, penulisan naskah drama tentang perang uhud, sampai tadi malam kami pentaskan pada jam pembelajaran Tafsir Jalalaen
Drama Qurani bermanfaat bagi Spiritualitas dan Kognitif. Spiritualitas meningkat: Siswa lebih terlibat dalam perjalanan batin para tokoh Qur’ani. Pemahaman lebih mendalam: Tafsir bukan sekadar informasi, tetapi pembentukan karakter. Kreativitas terasah: Siswa belajar menulis, berdialog, dan mengekspresikan nilai agama secara kreatif. Interdisipliner: Menggabungkan pelajaran tafsir, sastra Arab, teater, dan komunikasi. Intinya, Belajar tafsir bukan hanya untuk akal, tetapi juga untuk hati dan tindakan. Pendekatan drama mengajak siswa masuk ke dalam dunia kisah Qur’ani, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pemeran kehidupan iman. Karena itu, pembelajaran tafsir lewat drama bukan sekadar hiburan edukatif, tetapi sebuah pendekatan transformasional—yang menjadikan Al-Qur’an bukan hanya dibaca, tetapi dihidupkan. “Sesungguhnya dalam kisah-kisah itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.”(QS Yusuf: 111). Semoga kita termasuk orang yang bisa mengambil pelajaran dari Kisah-kisah al Qur'an, Amin...
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 7 Agustus 2025
0 Komentar