Amal Sholeh, Bukti Keimanan dan Hayatan Thoyyibah
Penulis: Irfan Soleh
Al-Qur’an secara konsisten menekankan pentingnya keterkaitan antara iman dan amal shalih sebagai fondasi kehidupan yang diberkahi di dunia dan akhirat. Salah satu ayat yang secara gamblang menyatakan hal tersebut adalah QS An-Nahl ayat 97. Dalam ayat ini, Allah menjanjikan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) kepada setiap hamba yang beriman dan beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan. Makna dari ayat ini telah dibahas dan dijelaskan oleh berbagai ulama tafsir dari berbagai zaman, termasuk oleh Imam Jalaluddin al-Mahalli dan al-Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalayn, Prof. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir, dan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-Azhim. Artikel ini bertujuan mengelaborasi kandungan ayat tersebut melalui lensa ketiga mufassir besar tersebut serta merefleksikan maknanya dalam konteks nilai-nilai pendidikan dan Huruf A dari Nilai-nilai IRFANI yaitu Amal Sholeh as a prove
Prof Wahbah Zuhaili dalam Tafsir munir menjelaskan bahwa amal soleh adalah amal-amal yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW kemudian tafsir dari Hayatan Thoyyibah atau kehidupan yang baik beliau mengutip Ibnu Abbas dan sejumlah ulama yang lain ada yang menafsirkan dengan rezeki yang halal lagi baik, kebahagiaan, mengamalkan ketaatan, hati merasa tenang, dan qanaah. Bahkan yang Shahih menurut Ibnu Katsir adalah kehidupan yang baik mencakup semua hal tersebut. Tafsir Jalalain juga Tafsir Ibnu Katsir menampilkan riwayat yang berpendapat bahwa Kehidupan yang baik itu adalah kehidupan di Syurga.
Janji Allah bagi orang yang beramal sholeh yang beriman adalah kebaikan didunia dan pahala di akherat. Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda "sesungguhnya Allah tidak mendhalimi suatu kebaikan seorang pun (tidak akan mengurangi dan menyia-nyiakan satu amal kebaikan seorang mukmin pun). Di dunia, ia diberi ganjaran atas amal baiknya, dan diakherat ia mendapatkan pahala atas amal baiknya. adapun orang kafir, ia diberi ganjaran di dunia atas amal-amal kebaikannya, hingga ketika ia datang ke akherat, ia sudah tidak lagi memiliki suatu kebaikan apapun yang ia diberi pahala karenanya". Kunci utama untuk mendapatkan semua itu adalah amal shalih yang disertai dengan keikhlasan, kesesuaian dengan Sunnah Nabi dan dilandasi dengan keimanan
Ayat ini sangat relevan dalam membentuk paradigma pendidikan Islam, terutama dalam menanamkan kesadaran bahwa amal adalah bukti keimanan, di Pesantren Raudhatul Irfan kami sebut sebagai Amal Sholeh as a prove. Amal sholeh (perbuatan baik) adalah bukti nyata keimanan seseorang. Ini berarti bahwa keimanan seseorang tidak hanya sebatas keyakinan dalam hati, tetapi juga harus terwujud dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sehingga pendidikan Islam tidak cukup hanya dengan hafalan atau teori, tetapi harus melatih siswa untuk beramal dengan ikhlas dan konsisten. Kemudian juga Mengembangkan aspek spiritual (tazkiyah) dan intelektual (tafaqquh). Hayatan thayyibah bisa diraih bila proses pendidikan memadukan pembinaan akhlak dan pemahaman ilmu.
Kesimpulannya QS An-Nahl ayat 97 menegaskan bahwa iman dan amal shalih adalah dua hal yang tak terpisahkan dalam mencapai kehidupan yang diridhai Allah. Tafsir al-Jalalayn, al-Munir, dan Ibnu Katsir memberikan pemahaman yang saling menguatkan bahwa Amal tanpa iman adalah kosong. Kemudian Kehidupan yang baik bukan hanya soal materi, tetapi tentang kedamaian batin dan keberkahan hidup dan Allah menjanjikan pahala berlipat ganda yang jauh melebihi amal yang dikerjakan. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan dan kehidupan sehari-hari, ayat ini menjadi inspirasi utama untuk senantiasa beramal dengan iman, keikhlasan, dan niat tulus karena Allah semata. Semoga kita semua bisa terus diberi kekuatan, hidayah dan taufiq oleh Allah SWT untuk istiqomah dalam keimanan dan amal shalih, Amin...
Pesantren Raudhatul Irfan, Rabu 30 Juli 2025
0 Komentar