Murtaqiyan Lihadhrotil Irfan

Penulis: Irfan Soleh


Kitab Jauhar al-Maknūn merupakan karya monumental dalam ilmu balāghah yang ditulis dalam bentuk nazam oleh Syekh Abdurrahman al-Akhdhari (w. 953 H/1546 M), seorang ulama besar dari Aljazair. Meski dikenal sebagai kitab tata bahasa Arab tingkat tinggi, Jauhar al-Maknūn menyimpan mutiara batiniah yang tersembunyi di balik keindahan lafaznya: sekitar 50 bait dari total 291 bait mengandung unsur tasawuf dan sufistik. Bait-bait ini tidak hanya menyampaikan kaidah linguistik tetapi juga membimbing santri dan pembaca dalam perjalanan spiritual menuju Allah SWT melalui Al-Qur'an, dzikir, zuhud, dan pengenalan akan hakikat diri. Artikel ini akan membahas salah satu contoh bait yang mengandung unsur tasawufnya


Syekh Abdurrahman al-Akhdhari dikenal bukan hanya sebagai seorang ahli bahasa dan logika, tetapi juga seorang sufi dan fakih. Dalam banyak karya, termasuk al-Sullam al-Munawraq (kitab mantik), terlihat keterpaduan antara ilmu rasional dan batin. Kitab Jauhar al-Maknūn adalah contoh nyata bagaimana seorang alim dapat meramu antara disiplin ilmu bahasa dengan ilmu jiwa (tasawuf) secara harmonis. Tujuan Penulisan Bait Sufistik diantaranya adalah Pertama, untuk Memadukan ilmu bahasa dan akhlak. Kedua, Menanamkan nilai dzikir dan tazkiyatun nafs melalui nazam yang mudah dihafal. Ketiga, Mengisyaratkan bahwa balaghah puncaknya adalah ilham ilahi, bukan sekadar struktur kalimat. Keempat, Menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber makrifat, bukan hanya objek studi kebahasaan.


Bait-bait sufistik dalam kitab ini memiliki ciri khas yaitu Pertama, Penggunaan istilah seperti dzikr, sufiyah, mahabbah, fana', irfān, zuhd, maqām, dan tajallī. Kedua, Majāz dan kināyah yang merujuk pada realitas batin, bukan hanya literal. Ketiga, Menekankan kebersihan qalb dan pengabdian batin kepada Allah. Keempat, Bahasa puitis yang menggugah kesadaran spiritual. Contohnya كقولنا لعالم ذي غفلة الذكر مفتاح لباب الحضرة “Kepada orang yang lalai, kami katakan: dzikir adalah kunci menuju gerbang kehadiran Ilahi.” Maknanya sangat dalam: orang yang lalai tidak akan pernah bisa masuk ke dalam hadirat Allah kecuali jika ia membuka pintu dzikir. Ini bukan hanya ajakan untuk mengingat Allah, tapi untuk memurnikan qalbu.


Contoh lainnya adalah Bait Ma 'akafa al qolbu 'alal irfani # Murtaqiyan Lihadrotil Irfani, artinya selama hati mereka selalu berpegang teguh pada al Qur'am sembari meningkatkan kehadirannya pada Ma'rifat billah. Maksudnya adalah mereka yang selalu istiqomah dalam merenungkan makna al Quran, karena merenung itu ibarat tali yang sangat kokoh untuk sampai pada derajat ma'rifat pada Allah SWT. Hati yang menjadikan Al‑Qur’an sebagai pegangan bukan hanya dengan lisan atau hafalan, melainkan merasuki jiwa itu adalah permulaan menuju makrifat pada Allah SWT yang lahir dari pengalaman batin.Karena secara tasawuf, hati itu menjadi tempat tajalli atau terbukanya cahaya ilahi melalui batin yang bersih dan fokus pada Kalamullah. Semoga seluruh civitas Raudhatul Irfan dan kita semua bisa menjadi orang yang terkategori Murtaqiyan Lihadhrotil Irfan, amin...


Pesantren Raudhatul Irfan, Rabu 30 Juli 2025